UPAYA MENGATASI KEGAGALAN BUDIDAYA UDANG


UPAYA MENGATASI KEGAGALAN BUDIDAYA UDANG
Sejarah Budidaya Udang Sampai dengan th 2003 budidaya teknologi sederhana sudah berjalan 39 tahun. Teknologi intensif berjalan 18 tahun
Baru berjalan 1 th budidaya intensif sudah terkena virus mbv (1986) dan mengganas setelah 5 – 7 tahun.
Udang vaname terkena virus (ihhnv, wssv, tsv) setelah 3 th dibudidayakan
Bandeng masih merupakan komodity budidaya tambak yang tidak bisa ditinggalkan.
         1975 – 1987    Teknologi Ablasi Dan Komersialisasinya Di Lapangan
         1985 – 1990 Teknologi Budidaya Udang Intensif Berkembang Pesat Dan Mendorong Produksi Udang Nasional
          1989 – ’95 Backyard Hatchery Berkembang Sampai Puncak Aplikasinya Di Lapangan.
         1990 – 1996 lahan sawah beralih fungsi mnejadi tambak
    1992 - …? Tidak Lama Setelah  Itu Terjadi Penurunan Produksi Karena Masalah Lingkungan,  Penyakit Dan Mutu Benur
         1993 – 95aplikasi Probiotik Di Tambak
         2000 Masuknya Vannamei Diharapkan Dapat Menggantikan Udang Windu Sementara.
         2003 Pemurnian / Perbaikan Mutu Induk
         2013 Serangan Virus Baru  Di Asia Indikasi Belum Masuk Di Indonesia

Kegagalan Budidaya Udang Vaname
}  Sumber benih cenderung terkontaminasi virus
}  Lahan rentan kontaminasi penyakit
}  Konstruksi tambak tidak kedap
}  Air pasok/sumber terkontaminasi bibit penyakit (seperti : virus)
}  Pembudidaya tidak disiplin dalam operasional tambak udang (individualis)
}  Tidak dilakukan monitoring dan pengawalan teknis secara baik.

Spesifik Lokasi dan Air Sumber

Komoditas Yang Dikembangkan

Keterangan
-                Tanah liat berpasir s/d liat berdebu
-                Salinitas 0 – 25 ppt
-                Suhu air 28 – 31 0C
-                Perairan jernih dan bebas pencemaran berat
-                Kesuburan tanah dan air cukup subur
-                Daerah pasut yang ideal
-                Mikroklimat pantai
-                Udang Windu
-                Ikan Bandeng
-                Ikan Nila
-                Udang Vaname
-          Musim tanam yang baik adalah antara bulan Oktober s/d Juni
-          Kondisi konstruksi sesuai kebutuhan biologis komoditas

Berikut beberapa penyakit yang menyerang udang vannamei :
A.   White spot Virus (WSSV)
a.    Biasanya menyeang setelah 1 bulan
b.    Kualitas benih terinfeksi
c.    Infeksi dari lingkungan
d.    Efek samping dari Vibrio infections
e.    Musim (temperature (<30ºC)
B.   Taura Syndrome Virus (TSV)
a.    Muncul setalah 20-30 days
b.    Makan meningkat kemudian menurun dan mati pada 3-4 hari kemudian
c.    Udang lemah, warna kemerahan
d.    Sering berenang ke permukaan
e.    Kematian meningkat setelah molting
f.     Udang yang bertahan tdpt noda hitam
C.   IHHNV (Infectious Hypodermal and Haemapoeitic Necrosis Virus)
•Tanda-2: Ukuran blantik, Rostrum bengkok, body bengkok, Nafsu makan turun, Kematian meningkat, udang kotor dan warna kebiruan.
D.   IMNV (Infectious MyoNecrosis Virus)
Tanda klinis: Daging ekor buram/putih susu; Khususnya dekat ekor menjadi merah sepert di masak, Lemah, laju makan menurun, ukuran kecil, udang lembek, berenang oleng, Usus rusak.
E.   NHP (necrotizing Hepatopancreatitis)
• Tanda klinis: Lemah, bodi/tubuh lembek, Kotor berat, bagian pinggir insang dan kaki renang hitam, kepala membesar,nafsu makan menurun, usus kosong dan tubuh lambat
• Microscopic signs: Hepatopangkreas kecil dan warna pucat,

F.    Penyakit insang rusak/kotor
a.    Bloming plankton
b.    Kekeruhan air (lupur/detritus)
c.    Keracunan cyanophtye/dinoflagellate
d.    Pengaruh dari besi (Iron/manganese)
e.    Bahan organik yang tinggi
f.      Dasar tambak yang kotor
g.     Oksigen yang rendah
h.     Kotor karena ciliate protozoa
i.       ammonia/ nitrite tinggi

Solusi Mengatasi Kegagalan
}  Benih berkualitas dan bebas penyakit,
}  Penerapan teknologi biosekutiti,
}  Penerapan teknologi mulsa,
}  Teknik sterilisasi air,
}  Teknik aplikasi probiotik à semi-heterotrof dan heterotrof,
}  Penerapan manajemen klaster,
}  Monitoring dan evaluasi.

Benih Berkualitas dan Bebas Penyakit
}  Pilih pembenihan (panti benih) bersertifikat,
}  Benih tahan terhadap stres test à dengan air tawar dan atau formalin,
}  Ukuran seragam (> 80%), aktif, dll
}  Hasil analisa lab. bebas semua virus (negatif),
}  Sebelum ditebar cuci/rendam dengan formalin 200 ppm selama 0,5 jam (yg hidup > 90%),
}  Hitung jumlah ulang jumlah benih yang akan ditebar
}  Tebar dan adaptasikan secara baik terhadap suhu, salinitas dan pH,
}  Waktu tebar pagi dan atau sore hari.

Penerapan Teknologi Biosekuriti
Penerapan ini dilakukan pada sumber kontaminasi penyakit (virus) : air, darat dan udara.
a.    Penerapan biosekuriti pada air :
-          Menerapkan tandon air (tandonisasi);
-          Memfilter air secara fisik, biologi dan kimiawi;
-          Sterilisasi air pada petak tandon dan atau petak pemeliharaan;
-          Pengamatan kondisi parameter kualitas air  (fisik, kimia, biologi) à di tandon dan petak pemeliharaan.
b.   Penerapan Biosekuriti di darat :
-          Buat pagar keliling tambak à fencing (kassa, plastik, dll);
-          Pintu masuk dibuatkan cucian untuk tangan, kendaraan à kaporit dan atau kalium permanganat (PK);
-          Setiap orang yang masuk ke area tambak menggunakan pakaian dan alas kaki yang steril
-          Sarpras yang digunakan steril;
-          Saprokan yang digunakan sebagai bahan operasional harus steril dan terdaftar di DJPB-KKP;
-          Peralatan lapangan dan alat sampling udang yang digunakan steril;
-          Peralatan pengamatan kualitas air, tanah dan penyakit steril.
c.    Penerapan biosekuriti dari udara (burung dan binatang serangga potensi pembawa virus) :
-          Pengahalau burung (atap paranet, bentangan senar/tali derumbai, dll);
-          Penerangan malam hari dipasang pada daerah tertentu à menghindari binatang serangga/nyamuk sebagai pembawa virus;
-          Bahan dan sarana lainnya untuk mengurangi kontaminasi dari udara.
Penerapan Teknologi Mulsa
Pemasangan plastik mulsa bertujuan :
1.    Memperbaiki daya dukung dan kondisi dasar tambak;
2.    Mengurangi resiko pengaruh dasar tambak terhadap kelarutan oksigen (DO);
3.    Meminimalisir penularan/infeksi penyakit.
4.    Menekan suspensi air media akibat penggunaan kincir;
5.    Mengurangi pengaruh reaksi kimia tanah dasar (gas beracun);
6.    Mencegah pertumbuhan makroalga;
7.    Menjaga kestabilan parameter kualitas air media;
8.    Produktivitas tambak meningkat.

Teknik Aplikasi Probiotik
-             Tentukan jenis probiotik yang digunakan à jenis yang umum didominasi oleh Basillus sp;
-             Hitung dosis kebutuhan à 0,5 – 1 ppm dengan frekuensi 2 – 3 hari sekali;
-             Sebaiknya dikultur terlebih dahulu  2 – 3 hari à memastikan probiotik berkembang, efisiensi dan  mudah untuk adaptasi ke tambak;
-          Aplikasikan ke tambak udang dengan cara disebar merata dan dilakukan pada pagi hari;
-          Amati kondisi perkembangan probiotik pada air media pemeliharaan udang.

Penerapan Manajemen Klaster
1. Merupakan usaha bersama dalam satu kelompok kegiatan budidaya udang/ikan à dikelola secara profesional
2.   Tujuan penerapan teknologi  budidaya udang dengan  manajemen  klaster pada kawasan tambak à untuk meminimalisir serangan penyakit sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas  tambak udang secara optimal.
3.   Metoda pada manajemen klaster pada budidaya udang meliputi :
         Konstuksi tambak yang kedap,
         desain  dan tata letak  tambak  menerapkan  biosekuriti secara maksimal;
         Petak pembesaran udang dikelilingi pagar (barrier) berupa pematang yang kedap atau petak/saluran dengan mengoptimalkan kondisi tambak yang sudah ada;
         Strategi pemeliharaan dilakukan serempak (all in, all out) mulai persiapan, penebaran dan pemeliharaan hingga panen
         diperlukan kedisiplinan yang tinggi dalam menerapkan teknologi budidaya udang antar pembudidaya dalam satu klaster.

Monitoring dan Evaluasi
}  Paramater kualitas air harian (pH, suhu, salinitas, DO, dll);
}  Pengamatan respon udang terhadap pakan dan kondisi kesehatan secara visual à setiap saat;
}  Pengamatan kondisi bakteri pengurai (probiotik) dan plankton setiap 3 – 5 hari sekali;
}  Pengamatan sedimen dasar tambak setiap 3 – 5 hari sekali (parameter kualitas dasar tambak);
}  Pengamatan penyakit virus dengan PCR setiap 7 – 10 hari sekali;
}  Pengamatan dinamika parameter kualitas air secara roud the clock à setiap 15 hari sekali.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAATNYA PENERAPAN SANITASI DAN HIGIENE PRODUK OLAHAN IKAN UNTUK MENJAMIN KEAMANAN PANGAN

PRODUKSI AQUAPONIK KOMERSIAL DAN PROFITABILITAS : TEMUAN DARI SURVEI INTERNASIONAL